Ikan hiu terkenal karena daya penciuman, perasa gerak, dan pendengaran yang luar biasa, tapi penelitian baru memperlihatkan sebagian spesies ikan hiu juga dapat melakukan penjelajahan dengan ketepatan mengagumkan dalam menempuh jarak jauh.
"Seperti mengatakan, mereka tahu ke mana mereka pergi," kata Yannis Papastamatiou dari Florida Museum of Natural History, yang ikut menulis studi yang diterbitkan Rabu (2/3/2011) dan dikutip AFP."Banyak orang dapat berjalan ke tujuan yang diketahui enam atau delapan kilometer jauhnya --tapi bayangkan melakukan itu di dalam air dan pada malam hari," katanya.
Para ahli ekologi AS menganalisis data dari delapan ikan hiu macan, sembilan ikan hiu blacktip reef (Carcharhinus melanopterus) dan 15 ikan hiu thresher yang telah diberi pelacak dan dilepaskan di lepas pantai Hawaii, pulau karang Palmyra di Pasifik atau di Southern California sebelum jejak mereka diikuti antara tujuh hingga 72 jam.
Semua ikan hiu blacktip reef tampaknya berenang secara acak di dalam jarak habitat sempit mereka, sementara ikan hiu macan dan thresher melakukan perjalanan yang lebih jauh, seringkali dengan perasa arah yang jelas.
Penjelajah terbesar adalah ikan hiu macan, yang selama masa studi tersebut berenang lebih dari delapan kilometer. Sebagian peneliti telah melacak spesies itu pergi ke tujuan sejauh 50 kilometer.
"Gerakan yang terarah" mencerminkan medan yang sudah dikenal buat ikan hiu itu, mengingat bahwa mereka memiliki kepentingan untuk menghemat energi dengan bergerak langsung ke arah sasaran, seperti makanan, demikian hasil studi tersebut.
Namun misteri tetap menyelimuti mengenai bagaimana ikan hiu mampu memiliki pola pelayaran.
"Seperti orang yang menyelam mengetahui bahwa menemukan jalan mereka di sekitar bawah permukaan air tanpa kompas sangat sulit, tapi ini lah yang kami temukan dapat dilakukan oleh ikan hiu macan," kata Papastamatiou.
Banyak teori untuk menjelaskan taktik ikan hiu tersebut meliputi "peta kognitif" yang terbuat dari pengetahuan tentang arus samudra dan temperatur, yang berfungsi sama dengan daya pandang di darat, atau barangkali navigasi oleh medan magnit Bumi.
Studi tersebut disiarkan di penerbitan Inggris, Journal of Animal Ecology.
"Seperti mengatakan, mereka tahu ke mana mereka pergi," kata Yannis Papastamatiou dari Florida Museum of Natural History, yang ikut menulis studi yang diterbitkan Rabu (2/3/2011) dan dikutip AFP."Banyak orang dapat berjalan ke tujuan yang diketahui enam atau delapan kilometer jauhnya --tapi bayangkan melakukan itu di dalam air dan pada malam hari," katanya.
Para ahli ekologi AS menganalisis data dari delapan ikan hiu macan, sembilan ikan hiu blacktip reef (Carcharhinus melanopterus) dan 15 ikan hiu thresher yang telah diberi pelacak dan dilepaskan di lepas pantai Hawaii, pulau karang Palmyra di Pasifik atau di Southern California sebelum jejak mereka diikuti antara tujuh hingga 72 jam.
Semua ikan hiu blacktip reef tampaknya berenang secara acak di dalam jarak habitat sempit mereka, sementara ikan hiu macan dan thresher melakukan perjalanan yang lebih jauh, seringkali dengan perasa arah yang jelas.
Penjelajah terbesar adalah ikan hiu macan, yang selama masa studi tersebut berenang lebih dari delapan kilometer. Sebagian peneliti telah melacak spesies itu pergi ke tujuan sejauh 50 kilometer.
"Gerakan yang terarah" mencerminkan medan yang sudah dikenal buat ikan hiu itu, mengingat bahwa mereka memiliki kepentingan untuk menghemat energi dengan bergerak langsung ke arah sasaran, seperti makanan, demikian hasil studi tersebut.
Namun misteri tetap menyelimuti mengenai bagaimana ikan hiu mampu memiliki pola pelayaran.
"Seperti orang yang menyelam mengetahui bahwa menemukan jalan mereka di sekitar bawah permukaan air tanpa kompas sangat sulit, tapi ini lah yang kami temukan dapat dilakukan oleh ikan hiu macan," kata Papastamatiou.
Banyak teori untuk menjelaskan taktik ikan hiu tersebut meliputi "peta kognitif" yang terbuat dari pengetahuan tentang arus samudra dan temperatur, yang berfungsi sama dengan daya pandang di darat, atau barangkali navigasi oleh medan magnit Bumi.
Studi tersebut disiarkan di penerbitan Inggris, Journal of Animal Ecology.
Jika menurut sobat artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.
0 comments:
Posting Komentar
Monggo dikomentari atuh......